Selasa, 02 Februari 2010

Fenomena Aneh di Seputar Gempa Minang


Fenomena alam yang tak lazim,
biasanya muncul di daerah yang ditimpa bencana gempa bumi, tak
terkecuali hal itu juga dijumpai pula di Padang, Sumatera Barat. Anomali yang diperlihatkan oleh alam ini terkadang muncul sebelum terjadinya
gempa, atau pada saat terjadinya gempa, atau sesudah terjadinya gempa.
Tak tertutup pula, muncul berturut-turut mulai dari sebelum gempa
terjadi, dan selama terjadinya gempa, berlanjut ke masa sesudah
terjadinya gempa.




Awan Gempa

Fenomena yang biasa muncul sebelum terjadinya gempa, salah satunya adalah ‘awan gempa’.

Awan yang biasa disebut juga dengan nama ‘awan Cirrostratus’ ini bentuknya berbeda memanjang seperti asap yang keluar dari pesawat.

Awan ini untuk wilayah tropis berada di ketinggian sekitar 6.000-18.000 meter di daerah permukaan laut.

Di Jepang, fenomena awan gempa ini disebut dengan nama ‘Kagida Cloud’ atau ‘Awan Kagida’. Awan
ini dipakai sebagai salah satu isyarat tanda-tanda alam akan terjadinya
gempa bumi, dengan perkiraan sumber gempa berada di titik paling tengah
awan gempa tersebut.

Peristiwa fenomena awan gempa ini ditengarai muncul di beberapa
wilayah-wilayah yang pernah dilanda gempa besar. Misalnya, diantaranya,
tahun 1622 di Guyuan Ningxia, China. Lalu, tahun 1978 di Kanto Jepang
awan ini muncul sehari sebelum terjadinya gempa. Selanjutnya, tahun
1995 di Kobe Jepang, awan ini muncul 8 hari sebelum terjadinya gempa
yang dahsyat. Tahun 2006, awan ini juga muncul di langit kota
Yogyakarta saat wilayah itu diguncang gempa yang dahsyat.

Sementara itu, sampai dengan saat ini, belum ada laporan tentang
kemunculan awan gempa ini sebelum terjadinya gempa dahsyat yang
mengguncang wilayah Sumatera Barat. Bisa jadi, kemunculan awan itu
sebenarnya ada, hanya luput dari perhatian masyarakatnya saja.

Luputnya perhatian masyarakat itu adalah hal yang dapat dimaklumi, mengingat bagi sebagian kalangan Islam kelompok mazhab modernis, mengingat perilaku membaca tanda-tanda isyarat alam untuk praduga sebuah peristiwa itu seringkali ditanggapi dengan skeptis. Dianggap sebagai takhayul klenik yang melanggar akidah ajaran Islam, bahkan tak jarang perilaku
mengamati gejala alam ini dicap sebagai salah satu ciri khasnya
kelompok umat Islam yang bermazhab Ahlul Bidah Wal Jamaah dengan penyakit menahun TBC (Takhayul, Bidah, Khurafat) yang menjurus ke arah perilaku Syirik dan Musryik.

Sebagai catatan bahan perenungan, khusus soal yang berkait dengan
fenomena astronomi, sesungguhnya Islam mengajarkan untuk melakukan Sholat Sunnat Gerhana saat terjadi fenomena gerhana bulan atau gerhana matahari.

Hal lainnya, khusus berkaitan dengan fenomena awan gempa ini pernah
diteliti oleh para ilmuwan dengan metode ilmiah secara empiris
berdasarkan pola-pola awan hasil pencitraan satelit. Hasilnya, dari 36
awan yang diteliti, 29 terbukti merupakan pertanda awal akan terjadinya
gempa. Konfigurasi awan gempa ini berhubungan dengan fenomena Listrik
Semesta (Electric Universe) termasuk juga di dalamnya fenomena aural, radio dan gangguan gelombang VLF (Very Low Frequency).

Fenomena formasi awan gempa ini di tahun 505-587 sudah pernah
diamati dan dituliskan oleh orang India bernama Varahamihira.
Pengamatannya itu ditulisnya dalam sebuah buku berjudul ‘Brihat Samhita’.
Dalam buku itu dibahas beberapa isyarat gejala alam yang berkait
pertanda bakal munculnya gempa bumi, seperti tanda awan, dan kelakuan
binatang-binatang, pengaruh astrologi (baca : astronomi tentang letak posisi planet dan benda-benda langit terhadap bumi), pergerakan bawah air tanah, dan beberapa aspek terkait lainnya.

Kegemaran dalam mengamati gejala tanda isyarat alam ini, yang seringkali disebut orang sebagai kegemaran nggothak-nggathuke, di khazanah budaya masyarakat Jawa disebut sebagai ‘ilmu titen’ atau ‘ilmu niteni’.
Titen atau niteni yang jika diterjemahkan secara garis besar berarti
mengamati perilaku alam, lalu mengelompokkan dan menandai perilaku alam
itu, selanjutnya kumpulan perilaku itu disimpulkan sebagai sebuah
kesimpulan.

Terlepas dari perdebatan soal Takhayul, Bidah, Khurafat, ada
fenomena aneh yang terjadi pada waktu sebelum terjadinya gempa bumi
mengguncang daerah Minangkabau yang menganut sistem ‘Matriarkat / Matrilineal‘ dengan semboyannya ‘Adat bersendikan Syara dan Syara bersendikan Kitabullah’ ini.

Bulan Sabit Tersenyum

Pada awal bulan Desember 2008 langit diatas kota Padang dijumpai fenomena aneh, yang sempat terekam dalam dokumentasi foto.

Hari Senin malam sekitar pukul 19.30 WIB, bulan sabit laksana tersenyum di langit kota Padang.

Fenomena ini berlangsung sekitar beberapa jam lamanya.

Bulan sabit yang berada di tengah-tengah agak kebawah diantara dua
planet itu seakan membentuk seraut wajah yang sedang tersenyum.

Posisi dan konfigurasi dari bulan sabit tersenyum ini tak lazim,
sebab biasanya posisi bulan sabit itu berada di di samping
tengah-tengahnya dua planet, yaitu Mars-Jupiter atau Venus-Merkerius.

Subhanallah, inikah cara Allah SWT menyapa dan memberikan
isyarat kepada para hamba-Nya yang disampaikan-Nya melalui benda-benda
langit yang notabene juga merupakan makhluk ciptaan-Nya ?.

Hal lainnya, yang terjadi pada saat berlangsungnya gempa, adalah
suhu temperatur udara yang terasa panas, yang dirasakan melebihi
hari-hari biasanya. Suhu udara yang panas tersebut diiringi dengan debu
dan tingkat kelembaban yang relatif lebih tinggi daripada biasanya.
Beberapa warga, dilaporkan juga merasakan perihal temperatur udara yang
meningkat ini.

Memang, hujan juga mendatangkan kendala. Bisa dimaklumi, manusia
pada dasarnya adalah makhluk yang tak pernah puas, selalu mengeluh
dengan apapun yang dianugerahkan oleh-Nya. Sehingga tak tertutup
kemungkinan bahkan ada pula yang mengumpat dan mengeluhkan turunnya
rahmat Allah ini. Namun, dibalik kendala akibat turunnya hujan, ada
hikmah keuntungan yang lebih besar dibandingkan jikalau Allah SWT tak
menurunkan rahmat-Nya berupa hujan.

Mungkin oleh sebab itulah, maka Allah SWT memerintahkan Malaikat
Rahmat untuk menurunkan rahmat-Nya berupa hujan. Hal mana, hujan ini
menurunkan suhu udara pasca gempa yang meningkat, serta membersihkan
udara dari debu-debu yang berterbangan memenuhi udara kota.

Selain itu, ada fenomena lain yang dijumpai di langit diatas wilayah
Sumatera Barat ini yang pada masa lalu pernah mencatat sejarah
perjuangannya Tuanku Imam Bonjol dalam menegakkan ajaran Islam.

Beberapa saat sesudah terjadinya gempa, muncul 2 fenomena alam tak lazim yang terjadi. Yakni, fenomena ‘Halo’ atau ‘Lingkaran Halo’.

Fenomena Halo

Pada hari Jumat tanggal 2 Oktober 2009, sekitar pukul 11.00 WIB,
langit Padang dihiasi fenomena unik, yakni matahari terlihat
dikelilingi lingkaran seperti cincin pelangi.

Fenomena ini biasa disebut sebagai fenomena ‘halo’. Biasanya ini dijumpai pada saat bulan purnama atau pada saat matahari bersinar terang di siang hari.

Fenomena ini adalah sejenis fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Hal ini akibat dari refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal es atau uap air yang berada dalam
awan sirus, sehingga lingkaran cahaya itu menampilkan penampakan yang
seakan-akan ada pelangi mengelilingi Matahari atau Bulan.

Fenomena halo ini sebenarnya bukanlah monopoli fenomena yang muncul
saat suatu daerah sedang terkena gempa. Seringkali fenomena ini muncul
di beberapa daerah yang tak terkena bencana gempa. Diantaranya,
tercatat pernah terjadi di Bandung, Bogor, Jakarta pada tanggal 27
september 2007, kemudian di Makasar pada tanggal 29 oktober 2007, lalu
di Padang pada tanggal 29 maret 2008.

Namun, fenomena halo yang berkait dengan refleksi dan refraksi
cahaya matahari/bulan oleh uap air, jika dikaitkan dengan fenomena awan
gempa yang berkaitan dengan uap air, maka sangat bisa jadi kedua
fenomena ini ada korelasi keterkaitannya.

Dalam arti kata, sangat bisa jadi akibat dari tumbukan lempengan
kerak bumi yang mengakibatkan gempa, itu memicu meningkatnya temperatur
suhu udara di lokasi, selanjutnya memicu peningkatan penguapan air,
sehingga tercipta konsentrasi partikel uap air, lalu menimbulkan
fenomena halo yang merupakan pembiasan cahaya matahari.

Sangat bisa jadi, awan gempa ini sesungguhnya telah muncul di langit
kota padang, akan tetapi karena tipisnya awan itu maka tanda
kehadirannya adalah lingkaran cahaya di sekeliling matahari, atau
lingkaran halo.

Diluar fenomena awan gempa, bulan sabit tersenyum, lingkaran halo,
ada fenomena satu lagi yang tercatat dilaporkan terjadi di kota Padang
beberapa saat setelah berlangsungnya gempa. Yaitu, kemunculan ‘awan berlafazkan huruf Allah’.

Sesaat seusai sholat Jumat pada tanggal 2 Oktober 2009, dilaporkan adanya awan yang membentuk huruf hijaiyah bertuliskan ‘Allah’ menghiasi langit di atas tanah Minang dimana dahulu pernah dilahirkan tokoh ulama besar, Buya Hamka.

Awan Allah di Padang

Tentunya fenomena awan ini tak terkait dengan fenomena awan gempa.

Apakah ini cara Allah SWT menyapa para hamba-Nya ?.

Seakan Dzat Maha Tunggal dan Maha Berkehendak mengingatkan kepada
para hamba-Nya bahwa segala yang terjadi di jagad raya ini, termasuk
gempa, adalah tanda Kebesaran Kekuasaan-Nya ?.

Bahwasanya Anugerah dan Bencana adalah Kehendak-Nya ?.

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah
Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan ?
… [QS. Ar-Rahman : 55 : 26-28].

Agama Islam mengajarkan bahwa disemua peristiwa tak ada yang lepas
dari Kehendak dan Kuasa-Nya, dan di semua tindakan Allah SWT dalam
peristiwa tersebut senantiasa meliputi seluruh dimensi dari sifat-Nya
dan nama-Nya.

Sesungguhnya, ilmu pengetahuan dan penalaran serta logika hamba-Nya
tak akan pernah mampu menyibak semua Hikmah-Nya, kecuali hanya
secuilnya saja.

Maka tak heran jika terdapat beragam pandangan atau pendapat yang
saling bertentangan dalam memahami ssesuatu peristiwa, termasuk
peristiwa gempa. Apakah gempa ini merupakan bencana ?, apakah bencana
ini diturunkan-Nya sebagai bentuk kasih sayang atau ujian atau teguran
atau peringatan atau azab atau murka-Nya ?.

Boleh jadi untuk tujuan pelipur duka para korban, serta merta akan
dikatakan bahwa gempa ini semata hanyalah ujian dari Allah SWT bagi
para hamba-Nya.

Sangat bisa jadi, memang benar begitu. Namun sesungguhnya tak hanya
dimensi ujian saja yang ada dibalik Kehendak-Nya melalui peristiwa
gempa ini, sebab semua tindakan Allah SWT senantiasa meliputi seluruh
dimensi yang merupakan pengejawahan dari sifat-Nya dan nama-Nya.

Ada dimensi dan aspek lainnya yang tak boleh dikesampingkan begitu
saja. Jika itu dikesampingkan, maka para hamba-Nya akan kehilangan
kesempatan bermuhasabah diri serta kesempatan meraih Hidayah dan Kasih
Sayang-Nya yang menyertai peristiwa itu.

Betul bahwa ini adalah ujian dari Allah SWT kepada para hamba-Nya
yang saleh agar istiqamah dan semakin menyakini keimanannya atas Kuasa
dan Kehendak-Nya. Benar belaka bahwa ada teguran dari Allah SWT kepada
para hamba-Nya yang sedang lalai agar segera bertaubat sehingga tidak
berlarut-larut terseret dalam perbuataan maksiat dan dosa serta
pelanggaran terhadap segala Hukum dan Peraturan-Nya.

Sangat benar bahwa ini adalah Kasih Sayang-Nya agar para hamba-Nya
yang saleh terselamatkan dari nistanya dunia yang bergelimang maksiat
dan dosa. Sangat betul bahwa ini adalah azab dari Allah SWT kepada para
hamba-Nya yang durhaka dimana nyata-nyata melalaikan-Nya bahkan
terang-terangan menantang Hukum dan Peraturan-Nya.

Oleh sebab itu, bertawakal dan iklhas ridho atas semua Kehendak dan
Takdir-Nya diiringi tindakan bermuhasabah dan instrospeksi diri adalah
cara terbaik dalam memaknai dan memahami peristiwa gempa ini.

Bagi mereka yang beriman dan merasa sudah soleh, tak pernah
melakukan maksiat dan dosa, selalu taat dengan Hukum dan Peraturan-Nya,
maka inilah Ujian dari-Nya sebagai wahana agar semakin meningkat
derajat iman serta takwanya.

Bagi mereka yang beriman dan merasa sedang melalaikan-Nya, maka
inilah Teguran dari-Nya sebagai wahana untuk segera melakukan taubatan
nasuha mumpung masih diberi kesempatan sebelum ajal menjemputnya.

Bagi mereka yang beriman yang telah dipanggilnya, maka inilah Kasih
Sayang dari-Nya agar segala timbangan amal ibadah yang telah
diperbuatnya selama ini tak akan terkurangi lagi oleh perbuatan maksiat
dan dosa.

Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semacam
tusukan duri atau yang lebih berat daripada itu melainkan dengan ujian
itu Allah SWT menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan
dosa-dosanya sebagai mana pohon kayu menggugurkan daun-daunnya
… [HR. Bukhari dan Muslim]

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya
… [QS. An-Anfal : 8 : 25].

Bagi mereka yang durhaka dan menentang serta melecehkan segala Hukum
dan Peraturan-Nya, maka inilah Azab dari-Nya akibat dari segala
kedurhakaannya.

Bila perzinahan dan riba (penyelewengan) telah terang-terangan
dilakukan oleh penduduk suatu negeri maka sesungguhnya mereka telah
menghalalkan bagi diri mereka untuk terkena azab Allah
… [HR. Bukhari]

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya
… [QS. Al-A’raaf : 7 : 96]

Tanpa mengurangi rasa simpati dan empati kepada mereka yang menjadi
korban, baik yang meninggal maupun mereka yang terluka ataupun mereka
yang kehilangan sanak saudaranya dan harta bendanya, barangkali gempa
yang merupakan Kehendak-Nya ini dapat menjadi wahana untuk semakin
meningkatkan diri baik dalam tingkat keimanannya dan amal ibadahnya
maupun ketakwaannya.

Pada waktu yang lalu, di Aceh, yang biasa disebut sebagai Tanah Serambi Mekkah, diberikan-Nya peristiwa gempa disertai tsunami yang dahsyat.

Aceh

Seusai itu, ada hikmah yang mampu dipetiknya, Insya Allah, terlihat
ada perbaikan dalam tata masyarakatnya, ada peningkatan dalam iman
takwa-Nya.

Masyarakat Aceh yang religius seusai peristiwa dahsyat itu menjadi
reda panasnya konflik yang melibatkan tindakan saling baku bunuh
diantara saudara-saudara seiman Islam dan setanah air Indonesia.

Seusai peristiwa itu, Insya Allah, terlihat mulai ada usaha untuk
semakin mematuhi Hukum dan Peraturan-Nya dalam tata masyarakatnya.

Semoga peristiwa gempa di Ranah Minang yang masyarakatnya sangat religius dengan faham ‘Matriarkat / Matrilineal‘ dan memegang teguh prinsip ‘Adat bersendikan Syara dan Syara bersendikan Kitabullah’ ini dapat mengambil iktibar dan hikmah serta manfaatnya, sehingga semakin meningkat usaha untuk semakin mematuhi Hukum dan Peraturan-Nya dalam tata masyarakatnya.
.
Sebagai catatan akhir, barangkali bagi kita semua, seluruh masyarakat
Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke, perlulah melakukan
muhasabah dan intropeksi diri, tak ada salahnya merenungkan peristiwa
gempa ini.

Gempa memang merupakan peristiwa alam, namun apakah peristiwa alam ini tidak ada hubungannya dengan aspek Ketuhanan ?.

yogya 01

Sesungguhnya, Islam mengajarkan bahwa Allah SWT telah ridho dengan
hukum-hukum alam yang merupakan Sunattullah-Nya. Namun, hukum-hukum
alam tersebut merupakan hukum-Nya yang berada dibawah Kehendak-Nya dan
Kemaha Kuasaan-Nya. Gempa merupakan peristiwa yang tetap tergantung
kepada Kehendak-Nya dan Iradah-Nya.

Untuk itulah maka, mentafakuri segala peristiwa untuk mengambil
hikmah dan manfaatnya dalam konteks bermuhasabah diri adalah suatu
keniscayaan. Jika tidak ingin menyesal saat sudah berada di alam Barzah
nantinya.

Mumpung Allah SWT sedang memberikan kesempatan dengan melimpahkan
Kasih Sayang-Nya agar menjadi kendaraan bagi para hamba-Nya semakin
mendekatkan dirinya kepada-Nya.

Gempa kali ini terjadi pada jam 17.16 WIB, selanjutnya ada gempa
susulan pada jam 17.58 WIB. Esoknya terjadi gempa di Jambi pada jam
8.52 WIB.

Jika kita buka Al-Qur’an, maka kita akan menemui ayat yang berkaitan
dengan angka jam-jam tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya
… [QS. Al Israa’ : 17 : 16]

Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan
Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya)
dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di
dalam kitab (Lauh Mahfuz)
… [QS. Al Israa’ : 17 : 58]

(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari
ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan
dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya
…[QS. Al Anfaal : 8 : 52]

Bencana

Tak ada artinyakah semua rentetan peristiwa bencana beruntun susul menyusul ini ?.

Tak cukupkah Tsunami Aceh, disusul Gempa Yogya, ditimpali jebolnya
tanggul Situ Gintung, dilanjutkan Gempa Tasikmalaya, diteruskan Gempa
Jambi, termasuk beruntunnya kecelakaan pesawat terbang alutsistanya
militer maupun angkutan sipil, sering terjadinya kecelakaan Kereta Api,
tak sedikit Kapal Laut yang karam, kebakaran hutan selalu terjadi,
kebanjiran menjadi langganan, kekeringan tak juga berkurang, wabah
penyakit merebak, serta cerita nestapa dan duka lara lainnya ?.

Akankah itu semua belum cukup untuk menggugah kesadaran kita agar
mulai berusaha lebih taat untuk menjauhi larangan-Nya serta lebih patuh
kepada perintah-Nya dan Hukum Peraturan-Nya ?.

Ataukah kita tak perduli dan tak mau mentafakurinya ?. Lalu
menganggap semua ini hanya sebuah kebetulan yang sekadar sebuah
kebetulan semata saja, tanpa pesan ada yang Allah Swt sampaikan dalam
peristiwa ini ?.

Bahkan kemudian mentuhankan nalar logika terbatas kita sebagaimana
dahulu kaum kafir menertawakan dakwah ajaran Islam yang diwahyukan
melalui Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW ?.

Semua itu berpulang kepada diri kita masing-masing. Akan tetapi
perlulah kita senantiasa ingat bahwa Allah SWT adalah Maha Rahman dan
Maha Rahim, namun siksa Allah SWt sangatlah pedih.

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya
… [QS. An-Anfal : 8 : 25].

Akhirulkalam, ada dosa yang kita pikul akibat tidak menjalankan kewajiban Fardhu Ain, namun ada pula dosa yang harus kita pikul sebagai akibat dari umat Islam lalai menjalankan kewajiban Fardhu Kifayah.

Wallahulambishsawab.

Sumber : http://www.auracms.org/article/127/mentafakuri-fenomena-aneh-di-seputar-gempa-minang.html

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates